-->

Kubah (Ahmad Tohari)


justaveragereader.blogspot.com


 Paperback 189 pages
Published Ahgustus 2005 by Gramedia Pustaka Utama
Rating 4/5

Honestly, I read this Indonesia literature in the midst of reading Young Adult novels only to remind myself that Indonesia has great authors with their unique ways in writing their books. Ahmad Tohari is one of them and he happens to be my favorite author. I read some of his books and look forward to reading more of his works. Ronggeng Dukuh Paruk is one of his great books and I love it very much. I read Bekisar Merah, too, however, my impression is not good as the previous novel mentioned. Kubah, the third book I read gets almost the same impression as Ronggeng Dukuh Paruk. Well, let’s start my glance review.

(Switch to Bahasa ah… It’s gotta be difficult to review Indonesian novel in English for me *ngeles mode on)


Kisah ini berpusar pada Karman, mantan tapol yang dibebaskan setelah melewati 12 tahun di balik jeruji penjara. Rasa tak percaya diri menghinggapi diri Karman untuk kembali ke keluarganya, ke kampungnya dimana ia melewatkan masa kecilnya, terutama berhadapan dengan mantan istri dan juga anak2nya. Dari sini menurut saya cerita masih belum begitu special. Terasa special begitu Ahmad Tohari membaur kisah flashback yang cukup runtut tentang masa kecil Karman.

Karman yang dibesarkan di desa Pegaten, sempat mengenyam pendidikan setingkat SMP berkat jasa Haji Bakir, sesepuh baik hati tetangganya. Kehidupan relijius Karman mulai terusik ketika ia mulai mengenal banyak tokoh2 yang berperan sangat penting di Partindo, sebuah partai yang berkedok membela kesejahteraan rakyat, yang ternyata menyimpan doktrin melencengkan kepercayaannya terhadap Tuhan. Dari hanya sekedar bergaul, membaca buku2 dan brosur yang diberikan para tokoh2 partai telah mengubah sosok Karman yang relijius. Belum lagi propaganda dan cerita2 yang disampaikan para tokoh2 partai. Ditambah pengalaman pahit pribadinya mengukuhkan perubahan seorang Karman.

Speaking about propaganda, secara pribadi saya pernah mengalami beberapa propaganda yang dilancarkan sebuah komunitas meditasi-olahraga, yang nantinya berujung sama seperti Karman, menjauhkan saya dengan agama. Buku2, berita2, seminar2, pertemuan2 diskusi dan masih banyak lagi, cukup membuat seseorang kehilangan rasa percayanya pada Yang Maha Kuasa. Syukur alhamdulillah, saya masih diberi kemudahan untuk berpikir jernih untuk tidak menerima seluruh doktrin dan propaganda yang diberikan sehingga saya mampu meninggalkan komunitas tersebut. Nyatalah, sebuah propaganda sering diberikan pada orang2 yang bisa menjadi kader suatu kelompok tertentu. Beberapa anggota yang termakan propaganda, mereka menjadi kader yang sangat hebat, membawa orang2 baru masuk ke dalam kominitas dan menjauhkan mereka dari akar reliji yang baru.Tak terlalu mengherankan, berapa banyak korban propaganda di tahun 1950an – 1965, terutama mereka yang tidak menyadari bahaya dari propaganda tersebut.

Baiklah kembali ke kisah Kubah, kisah flashback Karman ini mengambil sekitar 75 persen novel yang tidak begitu tebal ini. Ayah Karman yang mantan Mantri pasar memberi warna mencolok pada kehidupan Karman di masa mendatang. Haji Bakir yang sudah menganggapnya sebagai anak sendiri sempat harus tersia-sia gegara Karman yang cintanya terhadap putrinya ditolak. Perubahan suasana tenang dusun Pegaten sempat pnas di puncak insiden 30 September 1965. ketegangan, ketakutan dan penyesalan Karman tergambar jelas di hampir akhir novel setebal 180 halaman ini. Seperti biasa, Ahmad Tohari selalu menyisipkan deskripsi keadaan, lokasi, suasana secara mendetil. Satu hal yang saya suka dari Ahmad Tohari adalah penyajiannya seputar sejarah masa lalu Negara ini yang kelam dibalut dengan kisah fiksi yang menawan. 

0 Response to "Kubah (Ahmad Tohari)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel